Apakah sobat pernah mendengar kata "saparan" atau "sebaran apem"? Sebenarnya apa itu "saparan"? Nah, di artikel
ini kita membahas tentang upacara saparan di desa Jatinom terkenal dengan nama “Yaqowiyyu”.
Upacara Saparan “YAQOWIYYU” (Sejarah, Ritual, Dan Keyakinan)
Upacara Saparan merupakan ritual
rakyat yang dianggap suci oleh masyarakat, khususnya masyarakat Jatinom,
Klaten. Dinamakan Saparan karena upacara ini
dilaksanakan pada bulan Sapar. Upacara ritual ini terkenal dengan sebaran apem. Masyarakat percaya bila upacara
Saparan dilaksanakan akan membawa kebaikan dan bila tidak, mungkin akan terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
Apabila
dipandang dari sudut budaya, akan ditemukan berbagai tradisi yang mengandung
makna filosofi tinggi. Filosofi
dari sudut religi adalah kata apem berasal dari bahasa Arab “afwun” yang
bermaksud sebagai saling maaf memaafkan satu sama lain.
Upacara
Saparan di desa Jatinom terkenal dengan nama “Yaqowiyyu”. Kata
Yaqowiyyu berasal dari do’a yang diucapkan oleh Ki Ageng Gribig saat memberikan
kue apem kepada masyarakat. Yaqowiyyu artinya Tuhan Yang Maha Kuasa dan
Perkasa. Do’a ini ditujukan agar orang-orang muslim mendapat kekuatan dalam
menjalani kehidupan dan diberi rizki.
Menurut
Pengelola dan Pelestari Peninggalan Kyai Ageng Gribig (P3KAG) Jatinom, Klaten,
Saparan merupakan ritual tahunan yang diperingati untuk melestarikan budaya
turun-temurun dari leluhurnya yaitu Ki Ageng Gribig.
Kebudayaan
ini merupakan milik dari masyarakat Jatinom karena di kota lain tidak seperti
ini. Meskipun ada upacara Saparan di daerah lain seperti Pengging, Sleman,
Yogyakarta tetapi upacara Saparan di Jatinom, Klaten berbeda dengan di daerah
tersebut.
Sejarah / Asal Mula Munculnya Upacara Saparan
Konon
menurut sejarah, suatu hari di bulan Sapar, Ki Ageng Gribig yang merupakan
keturunan Prabu Brawijaya, raja dari kerajaan Majapahit kembali dari Mekah ke tanah suci ia membawa oleh-oleh 3
buah penganan dari sana. Sayangnya saat akan dibagikan kepada penduduk,
jumlahnya tak memadai, bersama sang istri iapun membuat kue sejenis. Kue-kue
inilah yang kemudian disebarkan kepada penduduk setempat yang berebutan
mendapatkannya sambil menyebarkan kue-kue ini iapun meneriakkan kata “yaqowiyyu”.
Sejak
saat itu, tepatnya sejak tahun 1637 Ki Ageng Gribig selalu melakukan hal ini,
iapun mengamanatkan kepada masyarakat Jatinom saat itu, agar di setiap bulan
Sapar memasak sesuatu untuk disedekahkan kepada mereka yang membutuhkan, amanat
inilah yang menjadi tradisi hingga kini di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.
Upacara
Saparan “Yaqowiyyu” dilaksanakan satu tahun sekali dalam kalender Jawa yaitu
pada bulan Sapar pada hari Jumat. Puncak acara ritual Saparan adalah pada saat
penyebaran apem usai sholat Jumat, dimulai jam 12.30 sampai dengan jam 14.30
WIB.
Ritual - Ritual Pada Saat Saparan :
- Pertama, penyerahan gunungan apem dari Muspida kepada pengurus masjid. Gunungan apem kemudian dibawa ke kantor kecamatan untuk acara pembukaan upacara. Dua hal ini dilakukan 7 hari sebelum penyebaran apem.
- Upacara kedua adalah penyerahan kembali gunungan apem ke Masjid Besar Jatinom untuk disemayamkan dua hari sebelum acara inti.
- Upacara ketiga atau upacara inti bertempat di sendang Klampeyan. Di sendang Klampeyan lah tempat penyebaran apem dilaksanakan setelah dido’akan. Apem disebar dari menara kandang apem (di bawah pekarangan Masjid Besar Jatinom, dekat dengan sungai kecil).
Pentingnya Saparan Bagi Warga Jatinom
Upacara
Saparan “Yaqowiyyu” sangat penting bagi masyarakat Jatinom. Upacara ini
bersifat sangat religius untuk mengenang jasa Ki Ageng Gribig yang telah
membangun desa Jatinom sekaligus menyebarkan agama Islam di sana. Hal yang lebih penting dari perayaan
ini bagi masyarakat Jatinom adalah melestarikan dan meluruskan sejarah yang
sebenarnya.
Keyakinan-Keyakinan / Kepercayaan yang Melekat pada Ritual Upacara Saparan
Bagi masyarakat, adanya kepercayaan dan anggapan
adanya berkah dari perebutan apem yang disebarkan merupakan nilai yang paling
penting. Tak heran jika mereka merebut apem semampunya dan bahkan ada yang
memungut bagian-bagian kecil dari apem yang disebarkan.
Mereka mempunyai kepercayaan bahwa kue apem yang disebarkan dan dilantunkan do’a sebelum penyebarannya pasti bertuah. Mereka datang dengan tujuan tertentu saat akan merebut kue apem.
Mereka mempunyai kepercayaan bahwa kue apem yang disebarkan dan dilantunkan do’a sebelum penyebarannya pasti bertuah. Mereka datang dengan tujuan tertentu saat akan merebut kue apem.
Misalnya :
- Para petani merebut kue apem dengan tujuan akan dijadikan tumbal pada sawah ladang mereka agar sawah ladang mereka subur dan jauh dari gangguan hama.
- Apem digunakan sebagai penjaga rumah. Warga menggantungkan kue apem tersebut pada pintu rumah. Hal ini dilakukan agar terhindar dari perbuatan jahat.
- Pedagang menggunakan apem sebagai pelaris.
- Pelajar yang masih mempercayai adanya hal bertuah menggunakan apem sebagai pelancar dalam belajar.
Masyarakat yang mendapat banyak apem pada saat
perebutan biasanya akan mengadakan pertunjukan wayang kulit atau pertunjukan
lainnya, sehingga menambah keramaian kota.
0 Response to "Upacara Saparan “YAQOWIYYU” (Sejarah, Ritual, Dan Keyakinan)"
Post a Comment